Di masa pandemi seperti sekarang ini hobi memelihara bunga makin populer di masyarakat, tidak terkecuali juga tanaman anggrek. Terutama bagi kalangan ibu-ibu. Seperti halnya yang dilakukan Yayuk Setia Rahayu.
Perempuan berprofesi sebagai guru ini mengaku, selama pandemi COVID-19 dia bisa lebih banyak waktu dalam merawat bunga dengan nama latin Orchidaceae ini. Karena masa pembelajaran siswa masih dilakukan secara online.
“Adanya pandemi ini positif dan negatif ya. Salah satu positifnya setelah mengajar online saya bisa lebih banyak waktu untuk merawat tanaman,” ungkap perempuan yang tinggal di Made, Kecamatan Lamongan, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur ini, Kamis (19/11/2020).
Bagi dia, ada kesan tersendiri dalam merawat tanaman anggrek di Lamongan yang memiliki cuaca panas. Sementara karakteristik bunga anggrek ini sebetulnya lebih cocok di daerah yang mempunyai suhu yang dingin seperti di Kota Batu maupun Bandung.
Untuk itu, Yayuk hanya merawat bunga anggrek yang berbunga saja. Karena menurutnya anggrek yang berbunga lebih bisa beradaptasi dengan cuaca panas. Sementara anggrek yang daun itu membutuhkan tempat yang sejuk.
Selama ini, lanjutnya, meski cuaca panas tidak masalah asalkan dirawat lebih maksimal, misalnya harus dilakukan penyiraman yang rutin setiap hari. Selain itu yang harus diketahui juga yaitu suasana cuacanya. “Kalau anggrek ini kan di pot tidak ada penyimpanan airnya. Jadi akarnya kan langsung keluar. Kalau misalnya sore mau disiram juga tidak apa-apa. Karena langsung hilang, penyimpanannya kan langsung di akar,” imbuhnya.
Saat musim kemarau, kata dia, penyiraman harus dilakukan lebih serius, sehari bisa dua kali, antara pagi dan sore hari. Karena jika kenak panas akarnya akan cepat kering.
Ibarat Manusia
Untuk kendala yang dihadapi saat ini menurut perempuan 53 tahun ini yaitu hama tikus. Sehingga yang harus diperhatikan adalah kebersihan di sekitar bunga anggrek yang di rawat. Yayuk sendiri merawatnya di depan rumah. Sampai saat ini hal yang menjadi perhatian penting bagi dia yaitu bagaimana membuat tanaman anggrek yang dirawat itu bisa berbunga semua.
Tanaman anggrek sebagai pilihan untuk hiasan rumah karena menurutnya tanaman ini dari masa ke masa selalu dikenal orang. Berbeda halnya dengan bunga lain seperti adenium atau bunga janda bolong yang sifatnya sementara saja ramainya. “Kalau musiman itu harganya bisa mahal saat ramai, tapi kalau tidak musim itu harganya bisa turun,” katanya.
Selain itu, karakter bunga anggrek yang beragam juga menjadi alasan dia memilih merawat bunga yang tersebar luas dari daerah tropika basah hingga wilayah sirkumpolar ini. Untuk kedepannya dia juga tertarik untuk menambah koleksi dengan bisa melakukan persilangan.
“Resepnya, kalau memelihara sesuatu itu harus senang dulu ya. Jika hanya setengah hati itu bunga anggrek juga terlihat tidak mau berbunga. Beda halnya jika kita rawat dengan hati, diajak ngomong seperti halnya manusia, dia ini bisa lebih cepat berbunga. Ada kepuasan batin. Lho, kamu kok kering gini kenapa ya?,” jelasnya menirukan obrolan disaat merawat tanaman anggrek miliknya.
Hal sama juga diungkapkan Etik Sulistiani, ada kesan tersendiri ketika merawat tanaman yang cenderung mempunyai organ-organ yang sukulen atau berdaging ini. Bagi perempuan berkepala dua tersebut memelihara anggrek itu memberi perhatiannya ibarat manusia. Tidak boleh terlalu dikalem, atau tidak boleh juga terlalu kasar.
Sepengalamannya, jika dibuat santai tanaman ini sulit untuk berkembang, begitu juga jika diperlakukan kasar. Selain dilakukan penyiraman setiap hari.
Anggrek juga perlu di pupuk “Biasanya saya hanya menaruh pupuknya disela-sela daun. Hanya sebulan sekali saya beri pupuk,” kata Etik yang bekerja sebagai sekretaris inspektorat di Kabupaten Lamongan ini.
Dia juga tidak menampik, merawat anggrek di Lamongan yang notabene mempunyai karakter cuaca panas juga menjadi tantangan tersendiri. Di Lamongan sendiri, kata dia, yang cocok itu memelihara anggrek jenis dendro dan vanda, itupun dibutuhkan perawatan yang lebih maksimal. Apalagi ketika musim kemarau produktifitas dalam berbunga bisa menurun karena kekurangan air. Pernah dia merawat anggrek jenis bulan tetapi tidak cocok dengan iklimnya.
Selama pandemi ini daripada beraktifitas di luar rumah, dia mengaku lebih rajin berinteraksi dengan tanaman anggrek. Selain memberikan nutrisi, merawat anggrek juga harus diajak berbicara “Jadi lucu gitu ya, bisa dijadikan teman. Kalau misalnya tidak mau berbunga gitu saya tanya, kok tidak mau berbunga kenapa?,” ujarnya sambil terkekeh.
Bagi Etik, susahnya merawat anggrek itu ketika tidak berbunga. Selain itu juga hama belalang yang makan daun juga menjadi tantangan tersendiri. Dia sendiri merawatnya di atas rumah, agar suasananya bisa pas antara matahari, udara dan juga kelembabannya. Agar tidak terlalu kering maka atasnya harus dikasih jaring.
Potensi Ekonomi
Potensi ekonomi anggrek sebagai salah satu komoditas hortikultura telah dimanfaatkan dan dikembangkan oleh banyak negara, begitu juga Indonesia. Melihat potensi tersebut Joko Wardoyo, pengusaha bengkel motor di Dusun Buluteratai, Desa Sumur Genok, Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan, mencoba untuk mencari keberuntungan dengan merawat tanaman anggrek untuk dijual.
Di atas rumahnya yang berada di pinggiran jalan raya tersebut dia merawat bibit anggrek sebanyak 450 botol yang dia dapatkan dari Kota Batu, Malang. Kebetulan di Kota Wisata itu dia punya keluarga yang berhasil merawat anggrek hingga ekspor ke luar negeri. Sehingga dia tertarik untuk ikut merawat dan mengembangkan.
“Ini merupakan pengalaman pertama, hanya buat sampingan saja. Kalau sekarang ini masih tahap coba-coba, tapi Alhamdulillah ternyata di tempat yang panas seperti Lamongan ini anggrek masih bisa bertahan,” ujarnya di sela menyemprot bibit anggrek yang dirawatnya, Minggu (29/11/2020). Lebih lanjut dia menjelaskan, untuk saat ini kendala yang dihadapi yaitu hama tikus. Untuk cuaca tidak ada masalah, hanya beberapa tanaman rusak karena tikus yang menyerang.
Sementara itu, Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong adanya inovasi teknologi tanaman hias dari para pembudidaya. Hal tersebut dilakukan untuk mendongkrak kualitas dan volume ekspor yang bisa menambah ekspor devisa negara.
Syahrul Yasin Limpo, Menteri Pertanian menjelaskan, sekarang ini Indonesia mempunyai berbagai varietas khas tanaman hias yang sangat dibutuhkan bahkan diminati hampir seluruh negara di dunia seperti Jepang, Asia, Arab, Inggris, Saudi Arabia, Eropa maupun di Amerika Serikat.
“Pada saat ini preferensi pasar Internasional mulai berubah ke arah tanaman hias tropis. Hal ini memberikan peluang bagi para pengusaha di dalam negri,” ujarnya dilansir dari Republika.
(*)
Sumber : Mongabay / Republika
0 Komentar