GRAFIK perekonomian di Provinsi Kepulauan Riau melambat lebih dalam para triwulan II 2017. Pertumbuhan ekonomi Kepri tercatat sebesar 1,04 persen.
Angka ini lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya, 2,02 persen. Dan juga jauh lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu, yang mencatat pertumbuhan 5,4 persen, angka tertinggi di tahun 2016.
“Dari sisi permintaan, perlambatan didorong oleh penurunan investasi, net ekspor, dan konsumsi pemerintah. Sedangkan dari sisi penawaran, perlambatan terutama bersumber dari penurunan kinerja industri, konstruksi, dan pertambangan,” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kepri, Gusti Raizal Eka Putra, dalam paparan ekonomi Kepri di Harmoni One Hotel Batam, Kamis (10/8) kemarin.
Kinerja investasi turun ke angka -2,20 persen dari 9,08 persen di triwulan I. Terutama terjadi pada investasi bangunan. Hal ini dipengaruhi rendahnya realisasi pembangunan rumah di wilayah Kepri.
Sementara realisasi investasi non bangunan seperti pembelian mesin dan alat industri, relatif stabil.
Sedangkan di sisi lain, net ekspor meningkat dibanding triwulan I. Meski dari segi angka, masih minus. Tercatat net ekspor triwulan II sebesar -0,03 persen, naik dari triwulan I -13,76 persen. Kontraksi net ekspor terutama disebabkan penurunan ekspor antar daerah.
Kontraksi juga terjadi pada konsumsi pemerintah. Sampai dengan semester I, realisasi belanja pemerintah baru 32,5 persen. Secara tahunan, realisasi belanja pegawai dan belanja modal masing-masing 50,42 persen dan 13,22 persen. Belanja modal berupa proyek infrastruktur yang masih rendah ini juga menjadi penyebab turunnya kinerja investasi.
Perlambatan juga terjadi di konsumsi rumah tangga. Meski ada tambahan pendapatan melalui gaji 13, tidak serta merta meningkatkan konsumsi. Tercatat konsumsi rumah tangga melambat ke angka 6,48 persen dari 6,95 persen di triwulan sebelumnya.
“Pergeseran Idul Fitri ke Juni, ternyata belum mampu mendorong penguatan konsumsi. Jadi sepertinya pegawai yang menerima gaji 13, tidak membelanjakan semua. Memang dari sisi saving tinggi. Masyarakat cenderung menahan pengeluaran,” kata Gusti.
Pelemahan konsumsi ini mempengaruhi perdagangan di sisi penawaran. Pada triwulan II sektor perdagangan tumbuh lambat di angka 6,96 persen. Lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya, 8,34 persen.
Sedangkan sektor konstruksi mengalami kontraksi di angka -0,06 persen. Hal ini terjadi sejalan dengan penurunan investasi bangunan.
Penurunan juga terjadi pada sektor industri yang disebabkan masih rendahnya permintaan khususnya pada industri kapal, besi baja, dan pendukung migas. Sementara kontraksi pertambangan bersumber dari penurunan hasil minyak.
Secara umum, pertumbuhan ekonomi Kepri ini terendah se-Sumatera. Sedangkan di Indonesia, Kepri berada di urutan dua terbawah.
“Kita harap kondisi mulai pulih di 2018. Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dunia dan nasional yang terus membaik,” kata dia.
0 Komentar