Logo-Beplus-landscapev2 PUTIH life is motionLogo-Beplus-landscapev2 PUTIH life is motionLogo-Beplus-landscapev2 PUTIH life is motionLogo-Beplus-landscapev2 PUTIH life is motion
  • BERANDA
  • PRODUK
  • VIDEOS
  • STUDIO
  • LAYANAN
    • VIDEO PROFIL & DOKUMENTASI
    • LIVE STREAMING BATAM MULTI CAMERA
    • KELOLA SOSIAL MEDIA
  • KONTAK
  • TENTANG KAMI
  • BLOG
Making of : “Jejak Tionghoa di Tanah Jantan”
23 Desember 2022
Making of : “Olahan Sagu di Kota Sagu”
12 Januari 2023

Making of : “Hidup Sunyi Perawan Tua Pulau Boyan”

26 Desember 2022
Kategori
  • BATAM
  • BEPLUS STORY
Tags
  • batam
  • Buluh
  • Humaniora
  • Pulau Boyan
  • sejarah
0
SEBARAN
BagikanTweetWhatsapp

PULAU Boyan, pada posisi yang berhadapan langsung dengan daratan Batam, ada pulau Tengah yang menjadi pulau terdekatnya. Sementara pada sisi yang berseberangan, kita bisa melihat pulau bernama Teluk Sepaku.

Pulau ini cuma dihuni kurang dari 12 Kepala Keluarga (KK). Rata-rata bersuku bangsa Melayu dengan mayoritas merupakan suku laut yang memutuskan untuk tinggal menetap puluhan tahun lalu di situ.

Jika ditempuh dari pulau Buluh, waktu yang kita butuhkan untuk sampai hanya sekitar 10 menit saja dengan perahu bermesin tempel, seperti yang kami gunakan.

Kenapa bernama pulau Boyan?

Kami tidak melihat ada jejak warga keturunan Boyan (Bawean, pen) di pulau kecil ini. Rata-rata penghuninya adalah suku laut. Informasi yang kami peroleh, dahulunya pulau ini bernama Bayan.

Namanya mungkin diambil dari sejenis burung yang dulu banyak terdapat di wilayah ini. Bayan atau Nuri bayan atau burung Betet, adalah kelompok satwa yang lumayan banyak terdapat di Batam dan pulau-pulau sekitarnya. Umumnya, mereka merupakan satwa yang familiar di wilayah Kepulauan Riau.

Mereka secara umum dikelompokkan dalam dua familia: Psittacidae (Bayan sejati) dan Cacatuidae (kakaktua). Macam karakteristik Bayan terdiri dari paruh bengkok kuat, tubuh tegak, lengan kuat, dan jari kaki zygodactyl.

Bayan yang hidup di pulau-pulau sekitar perairan Batam, pada umumnya berwarna dasar hijau, dengan warna cerah lain. Mereka biasa hidup berkelompok. Pulau yang kami singgahi ini, mungkin salah satu habitat hidup mereka di masa lalu. Namun, kami tidak menjumpai lagi kelompok satwa itu di sepanjang perjalanan berkeliling di pulau ini kemudian.

Karena pengucapan dari orang-orang sekitarnya, lambat laun, mungkin, berubah menjadi Boyan.

“Ayo, bang. Kita ke tempat Bu Rohana, di sana”, ujar tekong pembawa perahu yang kami tumpangi.

Kami menuruni lagi tangga-tangga kayu yang mulai lapuk di depan rumah Bu Farida. Sang tekong kemudian membawa kami menyusur pesisir pulau ini, kemudian merapat di sebuah rumah lain.

…

Rohana adalah anak bungsu dari orang suku laut pertama yang mendiami pulau ini. Namanya pak Panjang. Beberapa tahun lalu, sang ayah berpulang, menyusul ibunya yang meninggal beberapa tahun sebelumnya.

“Saya buta huruf, pak. Tak tau membaca dan menulis. Jadi tak tau berapa umur sekarang ni”, katanya usai kami berkenalan.

Rizka langsung tersentuh melihat kondisi wanita yang kini hidup sendirian itu.

“Bagaimana ibu bisa hidup sendirian begini? Listrik pakai apa? Air gimana?” tanyanya.

(jar)

#pulauboyan #island #batam #kepri #indonesia #humaniora #beplusindonesia #beplusid

Komentar

0 Komentar

Sebarkan
0
Ilham Kurnia
Ilham Kurnia
Admin Beplus Indonesia - "Life is Motion"

Artikel lainnya

2 Agustus 2024

Making Of: “Pak Ikhlas yang Terasing”


Lebih lengkap
2 Juli 2024

Konflik Lahan di Batam: “Tanah Kami, Harapan Kami”


Lebih lengkap
29 Juni 2024

(Making Of) Warga yang Misterius dan dua Menara Suar Peninggalan Belanda


Lebih lengkap

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Temui Kami di Jejaring Sosial

Beplus Indonesia
@beplusindonesia
Domu
Beplus Indonesia

Kontak Kami

beplusindonesia@gmail.com

+627784162870

Kebijakan

Term & Condition
Disclaimer

Alamat

PT Beplus Visual Kreasi
The Central Sukajadi, Batam, Kepulauan Riau 29445
Indonesia
PT Beplus Visual Kreasi. © 2017-2024