Beplus Indonesia

114 Tahun Sutan Takdir Alisjahbana, Sastrawan Bergelar Doktor Honoris Causa

SUTAN Takdir Alisjahbana, kerap pula ditulis dengan inisial STA, merupakan budayawan, sastrawan, ahli tata bahasa Indonesia, sekaligus salah satu pendiri Universitas Nasional Jakarta. Lahir 11 Februari 1908 di Mandailing Natal, Sumatera Utara, STA tutup usia pada 31 Juli 1993, di umur 85 tahun.

Sosok STA mengawali pendidikan di bangku Sekolah Dasar HIS Bengkulu. Kemudian melanjutkan ke Kweekschool di Bukittinggi. Setelah tamat, pada tahun 1925-1928 STA menempuh Pendidikan Guru di Hogere Kweekschool (HKS) Bandung. Selanjutnya, pada 1931-1933 ia mengikuti sejenis pendidikan guru di Hoofdacte Cursus Jakarta.

Tahun 1937-1942 STA mengenyam perguruan tinggi di Rechtshcogeschool (Sekolah Hakim Tinggi) Jakarta. Di tahun 1940 STA mengambil perkuliahan Ilmu Bahasa Umum, Filsafat Asia Timur di Universiteit van Indonesie yang juga lulus pada 1942.

Tak sampai di situ, pada 1979, STA menyandang gelar Doctor Honoris Causa untuk Ilmu Bahasa dari Universitas Indonesia dan tahun 1987 menyandang gelar Doctor Honoris Causa untuk Ilmu Sastra dari University Sains Malaysia.

Sutan Takdir Alisjahbana Sang Sastrawan

Mengutip Ensiklopedia Sastra Indonesia di situs ensiklopedia.kemendikbud.go.id, pada 1928-1929 STA mengawali karirnya sebagai Guru Sekolah Dasar di Hollandsch Inlandsche School, Palembang, Sumatera Selatan. Namun, setelah dua tahun mengajar, pada 1930 STA memutuskan pindah ke Jakarta dan menjabat sebagai Redaktur Kepala di Penerbit Balai Pustaka dan Pimpinan Majalah Pandji Poestaka sampai tahun 1942.

Selanjutnya, sejak 1942-1945 STA bertugas sebagai penulis ahli dan anggota Komisi Bahasa Indonesia, Jakarta. Dari 1945—1950 ia menjabat sebagai Ketua Komisi Bahasa Indonesia. Dalam tahun-tahun itu, STA turut menyandang Ketua Yayasan Memajukan Ilmu dan Kebudayaan, yang kemudian diangkat sebagai guru dan Direktur SMA Yayasan Memajukan Ilmu dan Kebudayaan.

Memasuki 1946—1948 STA bertugas sebagai dosen di Universitas Indonesia untuk mata kuliah Bahasa Indonesia, Sastra, dan Sejarah Kebudayaan. Dan menjabat sebagai Rektor Universitas Nasional setelah sebelumnya menjadi salah satu pendiri kampus tersebut.

STA juga menjabat guru besar luar biasa di Akademi Luar Negeri, Jakarta, guru besar di Universitas Andalas, guru besar di Akademi Jurnalistik, guru besar di University of Malaya, Kuala Lumpur, dosen di Fakultas Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, dan dosen di Fakultas Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah, Ciputat, Jakarta.

Tahun 1933 STA mendirikan dan menerbitkan majalah Poedjangga Baroe bersama-sama dengan Amir Hamzah dan Armijn Pane. Majalah ini menyuarakan pembaharuan sastra. Sutan Takdir Alisjahbana menampilkan beberapa tulisan yang berorientasi pada pendiriannya, yaitu pembaruan ala Barat.

Sutan Takdir Alisjahbana, © wikiwand

Karya-karya Sutan Takdir Alisjahbana antara lain Tak Putus Dirundung Malang, Layar Terkembang, Tebaran Mega, dan Kebangkitan Puisi Baru Indonesia, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia dan Dari Perjuangan dan Pertumbuhan Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Modern (kumpulan karangan tentang bahasa Indonesia), serta Polemik Kebudayaan (Perkembangan Sejarah Kebudayaan Dilihat dari Jurusan Nilai-Nilai.

(*)

Sumber : Tempo | Kemendikbud

Komentar

0 Komentar