Beplus Indonesia

Jangan Beri Antibiotik untuk Anak yang Terinfeksi Covid-19

Ilustrasi, ist.

PEMBERIAN antibiotik pada anak yang terinfeksi Covid-19 merupakan tindakan yang keliru. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dengan jelas menyatakan antibiotik tidak perlu diberikan pada mereka yang terinfeksi Covid-19.

Salah kaprah ini salah satunya diungkapkan oleh dokter spesialis anak Dr. Arifianto Sp.A(K) melalui akun Twitter-nya.

Arifianto mengaku masih menemukan banyak pasien anak yang diberi antibiotik, dalam perawatannya.

Stres gw. Lihat resep pasien anak isoman dikasih antibiotik. Covid 19 akibat infeksi virus, nggak perlu antibiotik! Apalagi gejala ringan yang isolasi mandiri. Hadeehhh…”

Demikian keresahan Arifianto yang dituangkan dalam unggahan di Twitter.

Antibiotik seperti azitromisin, yang menurut dia banyak diberikan orangtua, tidak berdampak pada virus.

Dia menyebut, Covid-19 disebabkan oleh penyebaran virus. sehingga pengobatannya juga harus tepat supaya efektif.

Ia menjelaskan, hanya sebagian kecil kasus Covid-19 yang membutuhkan asupan antibiotik.

Misalnya pasien dengan bukti tumpangan infeksi bakteri alias secondary bacterial infection.

Nah, kondisi ini khususnya tidak terjadi pada pasien yang menjalani isolasi mandiri, dan hanya mengalami gejala ringan.

Dokter yang sudah menulis enam buku soal tumbuh kembang anak ini menekankan, pemberian antibiotik empiris selayaknya tidak dilakukan pada kasus Covid-19.

Melalui media sosial itu pula, dia mengingatkan para orangtua untuk cermat mengikuti panduan dari WHO berkaitan pemberian obat kepada buah hatinya yang positif Covid-19.

Pemberian antiobiotik tanpa aturan jelas bisa berefek samping pada tubuh.

Selain itu, pasien juga bisa mengalami kekebalan sehingga meningkatkan batas tolerasi tubuhnya pada obat tersebut.Obat yang perlu

Berbagai rumah sakit yang melayani kasus Covid-19 penuh, sehingga orang yang mengalami gejala ringan dianjurkan menjalani isolasi mandiri di rumah.

WHO juga telah merilis panduan untuk perawatan pasien positif Covid-19 yang bisa dilakukan secara mandiri oleh masyarakat.

Panduan tersebut termasuk obat yang perlu diminum.

Meski demikian, kita tetap harus berkonsultasi dengan tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes).

Tujuannya untuk mendapatkan instruksi dan dosis obat yang tepat sesuai kondisi tubuh.

Melalui Instagram, akun @WHOIndonesia membagikan panduan umum soal obat untuk pasien yang menjalankan isolasi mandiri. 

Pasien yang mengalami keluhan tersebut dianjurkan untuk minum paracetamol demi meredakan gejalanya.

Untuk orang dewasa, dosis yang biasa diberikan sebanyak 1-2 tablet 500mg, atau satu tablet 650mg.

Paracetamol diminum maksimal empat kali dalam 24 jam.

Dosisnya bisa berbeda khususnya pada anak di bawah usia 18 tahun atau berat badan di bawah 50 kilogram, sehingga wajib minta petunjuk tenaga kesehatan terkait takarannya.

WHO juga menetapkan, jarak antardosis minimal empat jam. Jika demam berlanjut, tempelkan kain basah dingin.

Pasien yang mengalami kondisi ini diharuskan segera mendapatkan perawatan di rumah sakit. Hubungi tenaga kesehatan untuk berkonsultasi dan mendapatkan saran terbaik.

Steroid mungkin saja diresepkan untuk mengurangi gejalanya. Pastikan untuk mengikuti instruksi tersebut dengan ketat.

Ingat, jangan tergoda melakukan pengobatan sendiri yang tak berdasar.

Pasien isoman yang terbukti mengalami kadar oksigen di bawah 90 persen sudah mengalami Covid-19 berat.

Hubungi penyedia layanan kesehatan dan minta segera dirawat di rumah sakit.

Gunakan oksigen dan minum steroid sesuai anjuran tenaga kesehatan jika belum bisa dirawat di rumah sakit.

(*/jar)

Sumber : TWITTER | INSTAGRAM | KOMPAS

Komentar

0 Komentar