PANDEMI COVID-19 yang melanda masyarakat dunia belum juga berakhir semenjak satu tahun yang lalu, bahkan terus menjatuhkan banyak korban setiap harinya.
Di Indonesia sendiri, pandemi COVID-19 kembali mencapai angka belasan ribu bahkan hampir menyentuh angka dua puluh ribu per harinya.
Dan tahukah kalian kalau COVID-19 bukan lah satu-satunya virus corona yang pernah menyerang masyarakat dunia?
Yap, dalam kurun waktu 20 tahun dunia telah menghadapi serangan wabah yang disebabkan virus corona, termasuk SARS, MERS dan yang paling baru adalah COVID-19.
Hasil penelitian terbaru memberikan fakta yang cukup mencengangkan. Menurut sekelompok peneliti dari Australia dan Amerika Serikat, manusia mungkin telah menghadapi penyakit sejenis virus corona ini semenjak ribuan tahun yang lalu.
Para peneliti menemukan bukti bahwa epidemi virus corona mewabah Asia Timur semenjak lebih dari 20 ribu tahun yang lalu.
Seperti yang dilaporkan CNN International, penelitian ini diterbitkan dalam jurnal ilmiah Current Biology pada Kamis, (24/06) waktu setempat.
Dalam studi tersebut, peneliti mempelajari genom dari 2500 orang lebih yang berasal dari 26 populasi berbeda di dunia.
Mereka pun menunjukkan interaksi paling awal antara genom manusia dengan virus corona yang ternyata meninggalkan jejak pada DNA orang modern Asia Timur.
Yassine Souilmi, selaku penulis utama studi ini menyatakan bahwa genom yang mereka pelajari mengandung informasi evolusioner tentang manusia hingga ratusan ribu tahun yang lalu.
Cara kinerja virus adalah dengan membuat salinan dari diri mereka sendiri, tapi mereka tak memiliki alat sendiri untuk berduplikasi.
“Jadi virus ini benar-benar bergantung pada sebuah host, dan inilah alasan mengapa mereka menyerang sebuah host dan membajak mesin milik host itu untuk membuat salinan dari virus tersebut,” jelas Souilmi.
Pembajakan sel manusia ini meninggalkan jejak sehingga bisa diteliti dan dideteksi para peneliti, ini juga menunjukkan bukti nyata bahwa nenek moyang kita pernah terpapar dan beradaptasi dengan virus corona.
Para peneliti menemukan sinyal genetik terkait virus corona pada lima populasi berbeda dari China, Jepang dan Vietnam.
Karena data yang tak tersedia dari kawasan lain, tak menutup kemungkinan bahwa Epidemi bisa saja menyebar lebih jauh di luar negara-negara ini.
Studi menyebutkan bahwa kelompok yang terpapar virus telah mengembangkan mutasi untuk melindungi mereka dari virus corona. Mereka yang bermutasi memiliki keunggulan dalam bertahan hidup.
Ini artinya, orang-orang yang bertahan hidup banyak yang sudah bermutasi. “Dalam jangka waktu yang lama, dan selama paparan terjadi, ini meninggalkan jejak yang sangat jelas dalam genom keturunan mereka,” kata Souilmi.
“Dan jejak inilah yang sebenarnya kami gunakan untuk mendeteksi epidemi serta waktu terjadinya epidemi kuno ini,” tambahnya.
Virus corona terjadi secara terpisah di berbagai wilayah dan menyebar ke seluruh Asia timur sebagai epidemi.
Para ilmuwan ini masih belum mengetahui bagaimana epidemi melanda orang purba, entah itu musiman, atau secara terus menerus seperti COVID-19 sekarang.
(*/jar)
Komentar
0 Komentar