Saya DM dengan teman di Singapura, Senin sore. Dia menyampaikan dampak buruk terkini yang dialami negara “1001 larangan “ itu, imbas dari pandemi Covid-19 menyusul resesi ekonomi di sana.
Kelangkaan sembako (pangan) menghantui negara yang dipimpin Perdana Menteri(PM)Lee Hsien Loong itu.
Kelangkaan pangan terjadi jauh sebelum Singapura dinyatakan resesi. Dan, ini resesi terburuk di negeri yang didirikan Sir Thomas Stamfort Rafles itu, sejak merdeka tahun 1965.
Kementerian Perdagangan dan Industri(MTI) Singapura, membeber indikator penyebab resesi itu pada Senin 13 Juli 2020.
Terjadi kontraksi ekokomi 41,2 % pd kwartal II/dibanding kwartal I/2020(quarter to quarter). Produk Domestik Bruto(PDB) anjlok 12,6%.
Resesi ekonomi itu datang menerpa, saat anak sulung Lee Kwan Yew (PM pertama) negeri Temasek itu memenangkan perhelatan pemilihan Perdana Menteri(PM) yang baru, 10 Juli lalu.
PM yang sudah tiga kali berkuasa setelah menggantikan ayahnya. Dia memenangkan lagi pertarungan lewat Partai Aksi Rakyat(PAP) dengan meraup 83 dari 93 kursi parlemen Singapura. Diusianya yang 68 tahun, Lee Hsien Loong akan dikukuhkan lagi sebagai PM ke empat kali dalam waktu dekat, lewat keputusan “Member of Parliament” yang dimenangkan itu.
SEMPAT PANIC BUYING
Teman saya itu menggambarkan kondisi sehari-hari di semua supermarket dan sejenisnya yang mengalami kelangkaan pangan itu.
“Sempat terjadi panic buying. Tapi hanya sebentar,” katanya.
Kemudian keluar peraturan ketat dari pemerintah di sana yang melarang pembelian bahan pangan dengan cara memborong. Pemilik atau pelayan supermarket pun ikut melakukan kontrol ketat bagi setiap pembeli.
Kelangkaan pangan rentan bagi negara jasa itu karena hanya mampu memproduksi kurang dari sepersepuluh pangan untuk 5,7 juta penduduknya. Selebihnya mengandalkan impor dari berbagai negara, sedari dulu.
Akibatnya, begitu virus Corona “menyerang”, negara tetangga Batam itu kini keteteran akan anomali impor bahan pangan.
Selama ini, pengadaan stok daging impor lancar-lancar saja dari Amerika dan Eropa. Kini kedua negara dimaksud pun terpapar parah pandemi Covid-19;produksi daging di sana sungguh terganggu.
Pun untuk impor telur dan undang, Singapura harus berputar hingga ke pasar Polandia dan Arab Saudi.
“Selama bertahun-tahun, Singapura telah mendiversifikasi sumber makanan dari berbagai negara, termasuk makanan yang biasa dikonsumsi seperti telur, ayam, dan sayuran. Sekarang kami sedang mencari negara baru, untuk menambah jumlah pemasok yang sudah ada,” ujar pihak Kementerian Perdagangan dan Industri dan Badan Pangan Singapura dalam keterangan tertulis, dikutip dari Bloomberg Selasa (16/6/2020).
Lalu sisi lain yang “terhempas” dalam denyut kehidupan negara seluas 715,5 Km2 itu?
(bersambung)
————–
* Seperti ditulis Marganas Nainggolan di akun jejaring sosialnya.
Komentar
0 Komentar