MULUTNYA dibiarkan saja di atas tanah berdebu. Raut wajahnya sedih. Badak kesepian ini seolah memahami benar keadaannya yang mengkhawatirkan.
Sudan, individu badak putih utara ini, fotonya viral mendunia. Seorang ahli biologi bernama Daniel Schneider, memposting spesies yang berada di ambang kepunahan ini di Twitter.
Foto tersebut begitu populer, gambaran kepunahan terpampang jelas. Badak putih utara (Ceratotherium simum cottoni) yang lain, yakni Angalifu, mati di kebun binatang San Diego, AS, Desember 2014 lalu.
Sudan adalah satu-satunya spesies badak putih utara jantan yang masih hidup dan tinggal bersama dua betina terakhir di pusat konservasi satwa di Kenya. Saat ini, para ilmuwan berlomba untuk mengembangkan teknik in vitro fertilization (IVF) yang diharapkan dapat menjaga garis keturunan mereka, agar tetap hidup.
Sudan, yang kini berumur 44 tahun, sebagaimana dikutip dari Live Science, adalah individu badak yang kini paling terkenal di dunia. Ia hampir tak mungkin lagi memiliki keturunan.
Sejauh ini, tiga individu badak ini belum berhasil bereproduksi, salah satunya karena umurnya yang cukup tua.
Spesies badak putih utara terbantai habis, dibunuh pemburu, juga karena perang brutal yang terjadi di habitat alami mereka di Sudan, Chad, Republik Afrika Tengah, Democratic Republic of Congo, dan Uganda bagian utara.
Sudan kini tinggal di Ol Pejeta Conservancy di Kenya, bersama dua betina tersisa dari spesiesnya, Najin dan Fatu. Sudan secara teknis mlilik Kebun Binatang Dvur Kralove, di Republik Ceko, namun dipindahkan ke Kenya bersama dengan pejantan lain di 2009. Harapannya, usaha pembiakan di habitat asli badak ini akan lebih berhasil ketimbang pengembangbiakan di Eropa, sebagaimana diberitakan di Telegraph.
Tapi. usaha kawin alami ini belum menghasilkan. Pada 2015, dokter hewan menemukan jumlah sperma Sudan sangat rendah, sementara Najin dan Fatu sudah cukup tua dan rahimnya mengalami masalah yang membuat kehamilan menjadi tidak mungkin dilakukan.
Satu-satunya harapan, menurut para peneliti , terletak pada badak yang menjalani IVF. Dokter hewan telah mengambil sel telur dari badak putih utara betina, termasuk beberapa yang telah meninggal, dan telah mengumpulkan sperma dari pejantan sejak jumlah mereka mulai berkurang.
Di San Diego Zoo Institute for Conservation Research, ilmuwan berlomba untuk mengetahui bagaimana menyuburkan telur badak putih utara di laboratorium dan mentransplantasinya ke rahim subspesies yang terkait erat dengan spesies ini. Yakni, badak putih selatan (Ceratotherium simum).
Tak semudah yang kita dengar, memang. Direktur fisiologi reproduksi di institut tersebut, Barbara Durrant, mengatakan bahwa kondisi di rahim berbeda antara spesies badak, tidak ada yang pernah mengembangkan prosedur IVF yang disesuaikan dengan badak sebelumnya.
Skenario terburuknya, para ilmuwan mempertimbangkan untuk membuahi badak putih selatan dengan sperma badak putih utara. Setidaknya, menyelamatkan beberapa keragaman genetik subspesies.
Baik badak putih utara maupun badak putih selatan selalu diburu yang menyebabkan populasinya hampir punah di akhir 90-an. Tapi, populasi badak putih selatan mulai membaik setelah para pegiat konservasi fokus pada pembiakan dan memindahkannya ke kawasan lindung. Pada 2010, menurut IUCN, tercatat ada 20.160 individu badak putih selatan, yang sebagian besar berada di Afrika Selatan.
Sementara, badak putih utara benar benar di ambang kepunahan, dan bisa jadi waktunya tak lama lagi.
(Berbagai sumber)
Komentar
0 Komentar